Senin, 22 Juli 2013

Tren Sangkar Tervaforit 2012-2013

                         Model sangkar burung berkontribusi besar dalam kenyamanan dan kebanggaaan kicaumania selama menggeluti hobi burung. Untuk kebanggaan, motif sangkar apa yang paling populer selama 2011 dan bakal ngetrend selama 2012? Lantas untuk kenyamanan, model sangkar apa yang banyak menjadi pilihan?
                       Motif klasik gambar dewa-dewa atau bernuansa Cina masih menjadi favorit para kicaumania. Diakui sejumlah pengerajin sangkar top tanah air, seperti Udin Jabi di Delanggu Klaten, Johny Hwa di Kampung Sewu Solo, juga Nardi di kawasan Mojosongo, Solo.
Cerita-cerita Cina memang sangat luas bisa digali. Awal mula sangkar-sangkar ukir yang dijadikan rujukan memang sangkar impor dari Cina. Sampai sekarang, pamor sangkar-sangkar bernuansa Cina memang masih dicari.
                Produk-produk lokal pun banyak membuat tema-tema Cina. Ada yang meniru, memodifikasi, atau benar-benar memang kreasi sendiri.
               Cerita klasik seperti delapan dewa, sio-sio seperti seribu kera, macan, naga, ayam, dan sebagainya, banyak menjadi motif sangkar di arena lomba. Jabi misalnya, dia membuat inovasi khusus pada bagian mahkota. “Untuk sangkar kotak, di tengah-tengah mahkota ada dua lubang supaya memudahkan tangan mengangkatnya. Gantungan juga bisa dibongkar-pasang tanpa harus memasukkan tangan ke dalam sangkar untuk rnemegangi baut di dalam. Jadi tinggal ulir bagian luar saja.”
               Sementara itu motif sangkar berdasar cerita lokal, atau gambar-gambar bernuansa lokal, sesungguhnya juga mulai dikreasikan para pengrajin, seperti ukiran gaya Bali, Asmat, Dayak, juga wayang. Atau ada juga model sangkar ukir sederhana tetapi diberi inovasi dengan sistem cat supaya ketika dilihat dari jauh tampak mencolok. Dulu, juga pernah booming model gambar hewan-hewan seperti dinosaurus lobster, dan lainnya.
Motif wayang makin diminati

Sangkar wayang kulit batik tulis Karunia Sangkar
         Satu di antara cerita lokal yang kini juga semakin banyak peminatnya adalah yang diambil dari cerita atau gambar tokoh-tokoh wayang. Hal ini juga diakui Johnya Hwa, yang menjadi spesialis penggarap sangkar wayang.
          Pembuatannya, khususnya pada finishing, memang lebih rumit. “Karena seperti wayang, pewarnaannya memang harus disungging. Untuk warna emas memakai prada, jadi beda dengan model sangkar ukir lainnya yang menggunakan air brush.”
          Beberapa sangkar motif  wayang banayk dikeluarkan perajin. Salah satunya adalah Karunia Sangkar Jogja, yang memajang produknya di website SangkarBurung.Com.
Salah satunya adalah sangkar wayang kulit batik tulis, yang cocok untuk burung seperti anis merah atau anis kembang serta cucak ijo.
KOSAN paling dicari
        Lantas sangkar jenis apa yang saat ini banyak dicari? Jenis Kosan. Ya, sangkar ini identik dengan sangkar harian berbentuk kotak. Mencuatnya nama sangkar Kosan, berasal dari sebuah nama perajin sangkar di Surabaya bernama Koh san yg sering dipanggil kosan.
           Dikenalnya sangkar ini lantaran produknya tergolong rapi, kuat, berbahan baku pilihan dan tiap jerujinya berpresisi. Karenanya banyak kicaumania kepincut dengan hasil tangan dingin perajin yang sekarang usahanya telah diteruskan oleh para keturunannya.
         Kelebihan dari sangkar ini adalah praktis, tidak makan tempat, kuat, tidak terlalu berat, dan cocok untuk digunakan sebagai sangkar harian dan juuga enak dipakai untuk lomba.
Sangkar kosan
            Sangkar Kosan juga menyediakan beragam warna-warna berani yang dulunya dianggap menjadi pantangan. Seperti warna merah, kuning, putih, dan lain-lain yang serba ngejreng.           Hal ini memang membuat situasi ruangan rumah menjadi lebih berwarna demikian juga situasi lapangan ketika pergelaran lomba burung.
        Seiring dengan menggelindingnya dunia bisnis hobi, banyak bermunculan perajin yang mengikuti jejak Kosan. Di antaranya Gatot Sangkar asal Sidoarjo. Mantan pemain burung kicauan ini banting setir menjadi perajin sangkar.
           Dengan berkiblat pada sangkar Kosan, produknya juga dikenal memiliki warna-warna berani. Tobil, salah satu pedagang sangkar di kawasan Proliman Kalasan Jogja menyebutkan, untuk sangkar kotak, hampir semua kicaumania memburu jenis Kosan.
        Hanya saja, yang perlu diperhatikan, sangkar ini di pasaran banyak yang sekadar “tiruan”. Mata awam mungkin susah membedakannya. “Kalau yang asli kuat, rapi, dan presisi. Sekarang juga banyak yang memburu model Kosan tapi yang ukuran kecil, untuk pleci. Hanya saja, saya tidak tahu, sepertinya yang asli memang tidak keluar, padahal permintaan sangat tinggi seiring dengan melejitnya popularitas pleci di kalangan penghobi burung.
          Belakangan, sangkar seperti model Kosan makin menjubeli gantangan berbagai even lomba. Khususnya adalah di beberapa kota di Pulau Jawa ketika semakin merebak acara-acara latberan burung. Banyak pemain yang enggan direpotkan dengan membawa sangkar-sangkar ukiran. Mereka memilih praktisnya saja, menggunakan sangkar harian model Kosan.
      
Fenomena seperti ini ikut memberikan sentimen positif terhadap perkembangan industri sangkar di beberapa kota.
Di salah satu sentra perajin sangkar di kawasan Gresik, mulai dari perajin hingga pengepulnya menagku kewalahan untuk melayani permintaan pasar sangkar harian model Kosan. Bahkan mereka mengatakan, tingginya intensitas jadwal latberan dan lomba burung di kawasan Gresik dan sekitarnya, membuat perajin atau pengepul tidak pernah bisa lama menimbun sangkar-sangkar model tersebut.
Hal senada juga dikatakan Mr Khan, distributor sangkar di Bojonegoro. Permintaan sangkar harian seperti model Kosan terus meningkat. Banyak pemain memilih sangkar seperti ini lantaran memudahkan mereka membawa ke lapangan.
“Sebenarnya tetap banyak pemain yang membutuhkan sangkar ukir, hanya kebutuhan untuk jenis ini lebih diperuntukkan ke lomba-lomba besar,” ujar Yoyok Focus, pengusaha sangkar asal Malang. (Bersambung – referensi Agrobis Burung).
Berikut ini sejumlah ilustrasi sangkar harian dan sangkar lomba produk Karunia Sangkar yang beralamat di sangkarburung.com.

Rabu, 17 Juli 2013

Burung Tuwu, Burung yang Penuh Misteri

Burung tuwu atau kulik, atau asian koel (Eudynamys scolopaceus), merupakan burung sejenis cuckoo atau termasuk dalam keluarga Cuculidae. Habitatnya bisa ditemukan di Asia Selatan, China, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Sebagaimana cuckoo atau kedasih, tuwu juga dikenal sebagai burung parasit. Tetapi ia berani menitipkan telur mereka di sarang burung predator seperti gagak atau burung berukuran besar lainnya. Ketika dewasa, burung tuwu lebih suka buah-buahan sebagai makanan utamanya, sedangkan serangga hanya sebagai pakan selingan.
Burung tuwu atau kulik
Burung tuwu atau kulik
Postur tubuhnya lumayan besar, sekitar 39 – 46 cm, dengan ekor yang panjang. Burung jantan mudah dibedakan dari burung betina. Warna tubuh burung jantan adalah hitam kebiruan mengkilap, sedangkan burung betina berwarna kecokelatan dan berbintik putih.
Di Indonesia, tuwu dianggap sebagai burung penuh misteri seperti halnya kedasih yang memiliki mitos-mitos tertentu di beberapa daerah. Kicauan tuwu yang keras bisa terdengar hingga beberapa kilometer, terlebih malam hari, sering diartikan sebagai tengara buruk di lingkungan tersebut.
Keberadaan mereka di alam liar sudah sangat jarang dijumpai, dan makin langka, meski sebenarnya tidak termasuk dalam spesies burung yang dilindungi. Mungkin karena banyak warga yang menentang kehadirannya karena terpengaruh mitos, sehingga banyak orang yang memburunya. Apalagi harga burung ini lumayan tinggi. Konon, harga burung bahan bisa mencapai Rp 1 juta – Rp 2 juta, bahkan burung yang sudah rajin bunyi pernah dibanderol hingga Rp 18 juta.
Burung tuwu jantan dan betina bisa dibedakan dari warna bulunya
Burung tuwu jantan (kiri) dan betina bisa dibedakan dari warna bulunya
Sepasang burung tuwu
Sepasang  tuwu
Burung tuwu pada awalnya dijabarkan oleh Linnaeus sebagai Cuculus scolopaceus berdasarkan spesimen yang diperolehnya dari kawasan Malabar. Spesies ini mempunyai variasi yang luas, dengan populasi di beberapa kepulauan. Saat ini tercatat ada enam subspesies (ras) dari burung tuwu, yaitu :
  • Eudynamys scolopaceus scolopaceus (Linnaeus, 1758): habitat di Pakistan, India, Nepal, Bangladesh, Srilanka, Laccadives, dan Maladewa.
  • Eudynamys scolopaceus chinensis (Cabanis dan Heine, 1863): habitat di  wilayah selatan China hingga kawasan Indochina.
  • Eudynamys scolopaceus harterti (Ingram, 1912): habitat di Hainan (China).
  • Eudynamys scolopaceus malayana (Cabanis dan Heine, 1863): habitat di Thailand, Semenanjung Malaysia, Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara), dan Sunda Besar (Sumatera, Kalimantan, Jawa).
  • Eudynamys scolopaceus mindanensis (Linnaeus, 1766): habitat di Halmahera, pulau-pulau antara Mindanao dan Sulawesi, Maluku Utara, hingga ke Filipina (termasuk Palawan dan Kepulauan Babuyan).
Tuwu termasuk burung omnivora yang menyukai berbagai serangga, ulat, telur burung, dan vertebrata kecil. Namun setelah dewasa, burung ini justru lebih menyukai buah-buahan, sedangkan serangga sekadar selingan. Di alam liar, burung dewasa sering menjaga pohon buah yang disukainya, dan akan mengusir burung lain yang mencoba mendekati pohon tersebut.
— Karena sifatnya yang parasit, burung tuwu tidak pernah membangun sarang dan lebih suka menitipkan telur ke sarang burung lain. Jadi potensi penangkarannya menjadi lebih rumit. Tetapi hal ini bisa disiasati dengan menggunakan telur palsu pada sarang burung. Telur yang dititipkan induk tuwu betina bisa dituntaskan melalui mesin tetas.
Gagak memberi makan anakan burung tuwu
Gagak memberi makan anakan burung tuwu
Dalam melakukan aksinya, mereka bekerja berpasangan (jantan dan betina). Mulanya, salah satu indukan akan mengelabui burung gagak yang terkenal dengan kepintaran dan kelicikannya.
Burung tuwu betina akan berada di dekat sarang gagak, sedangkan si jantan mencoba memanggil gagak (mungkin menantang / meledek ) sehingga gagak akan terusik. Ketika gagak mengejar tuwu jantan, kesempatan itu digunakan burung betina yang bersembunyi  untuk masuk ke sarang gagak dan bertelur di sana.
Hanya dalam hitungan menit, tugas mereka selesai. Tuwu betina langsung keluar dan bersuara memanggil lakinya untuk memberitahukan bahwa misi mereka sudah berhasil.
Gagak betina yang tak tahu dikibuli dengan santai meneruskan tugas pengeramannya. Ia tak tahu ada telur asing yang baru saja ada di sarangnya, dan akan terus dierami hingga menetas. Bahkan, ia rela menjadi babu / baby sitter anakan tuwu yang kini menjadi anak tirinya sampai dewasa.
Hmm.., sebuah desain alam yang sangat unik, yang membuat kita semua makin percaya pada Kuasa-Nya.

GaGak ,.

       Gagak adalah anggota burung pengicau (Passeriformes) yang termasuk dalam marga Corvus, suku Corvidae.
        Hampir semua jenis burung ini berukuran relatif besar dan berwarna bulu dominan hitam. Daerah sebarannya ada di seluruh benua dan kepulauan, dengan perkecualian di Amerika Selatan.
Di antara jenis-jenis unggas, gagak diketahui mempunyai tingkat kecerdasan tertinggi di antara para burung.[1] Kualitas ini sudah sejak lama diketahui manusia, khususnya dalam keterampilannya mencuri berbagai alat bantu manusia. Hewan ini mempunyai kemampuan belajar dan dapat memecahkan permasalahan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya.
Di beberapa kebudayaan dan mitologi, burung gagak kerap dikaitkan dengan sesuatu yang buruk. Di Eropa, gagak dipercaya sebagai burung peliharaan penyihir. Di Indonesia, gagak di hutan dianggap dapat menjadi pertanda kesulitan yang bakal timbul. Ada pula kepercayaan yang mengaitkan sate gagak untuk memanggil genderuwa.

(Wikipedia Bahasa Indonesia)