KROTO sudah banyak dikenal oleh masyarakat. terutama penghobi burung, memancing dan lainnya. selama ini, masyarakat lebih lebih banyak tau kalau kroto atau larva rangrang didapat dari pohon-pohon. karena memang rangrang adalah jenis serangga yang biasa berkembang biak di daun-daun pohon.
Apakah bisa dibudidayakan? banyak yang menyangsikan semut merah ini bisa diternak untuk diambil kroto atau larvanya. tapi Setiya Husada, warga kelurahan/kecamatan wlingi, membuktikan itu bukanlah hal yang mustahil. dia sukses membudidaya telur rang-rang, yang dia sebut "emas putih" itu.
budidaya kroto sebenarnya cukup mudah. namun kemudahan itu juga sedikit bergantung pada faktor lucky atau keberuntungan. pasalnya, induk rangrang hanya bisa bertelur jika sudah merasa nyaman di suatu tempat. artinya, tidak semua tempat bisa membuat induknya nyaman lalu memproduksi kroto. "jadi rangrang itu seperti walet. dia hanya mau berproduksi kalau sudah merasa cocok dengan tempatnya," ungkap ungkap pria yang akrab disapa tiyok ini.
kenyamanan itu juga menentukan lama tidaknya waktu panen kroto di suatu tempat atau daerah. wajar jika waktu panen di Blitar berbeda dengan waktu panen di kota lain, seperti malang, surabaya, kudus, dll. Di Blitar, menurut dia, kroto baru bisa dipanen setiap25 hari. tapi dikota lain, bisa lebih cepat atau lebih lama. kendati demikian, jika faktor kenyamanan tempat itu sudah bisa dipenuhi, ternak kroto menjanjikan keuntungan finansial cukup lumayan. satu kilo kroto jika dikirim ke luar daerah, harganya bisa mencapai 175 ribu rupiah.
Nah, sebagai peternak berpengalaman, tiyok membeberkan cara budidaya serangga tersebut. pertama, peternak pemula harus mencari sarang berikut rangrang dari pohon. sebagai catatan, sarang yang diambil harus tetap utuh. biasanya, sarang diambil beserta ranting atau dahan pohon tempat sarang itu berada.
Kedua, kondisikan media seperti toples atau pipa paralon yang sudah disiapkan di atas rak sebelumnya, supaya rangrang mau pindah dan tinggal di tempat tersebut. Salah satunya, dengan memberi nutrisi khusus yang diteteskan didalam toples atau paralon. pemberian nutrisi tersebut diperlukan, sebab jika tanpa nutrisi, induk semut maupun kroto tidak akan bisa berkembang biak. "memang masih hidup, teteapi tidak bisa bertelur. sehingga siklus perkembangbiakannya akan berhenti," terang dia.
Ketiga, setelah indukan semut bermutasi ke toples, barulah dimulai pemeliharaan secara rutin. seperti pemberian makan yang paling cocok buat induk semut adalah jangkrik, kecoa, atau belalang. "bisa juga jenis ulat-ulatan seperti ulat hongkong, dll," lanjut dia.
Pemberian makan ini tidak mesti dilakukan dalam jumlah waktu tertentu dalam sehari. melainkan sesuai kebutuhan. jika makanan habis, bisa ditambahkan.
Harus diingat pula, dalam satu rak harus dibuat 2 kelompok fungsi toples. yaitu toples untuk indukan, dan toples untuk dipanen. hal itu karena indukan rangrang selalu hidup berkoloni atau berkelompok. dan tak mau hidup dengan koloni lain. selain itu, semut indukan tidak boleh diganggu gugat supaya regenerasi produksinya terus berjalan.
Nah, karena waktu panen setiap daerah berbeda-beda, di blitar kroto baru bisa dipanen dari indukan setelah 25 hari. waktu panen paling cepat, menurut tiyok, selama ini dipegang daerah kudus, jawa tengah, dimana cuma butuh waktu sekitar 14 hari. soal harga, satu kilogram kroto bisa mencapai Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. "pengepul biasanya menjual eceran sekitar Rp100 ribu," imbuh pria berkacamata ini.
jika kroto itu dikirim ke daerah lain, seperti bandung, surabaya dll, harganya beda lagi. ke bandung misalnya, harganya bisa mencapai Rp175 ribu per kilo. sementara harga ecerannya mencapai Rp225 ribu per kilo. cukup menjanjikan bukan? bukan hanya itu, selain kroto, indukan semut juga bisa dijual dengan harga yang juga menjanjikan. satu toples koloni indukan, bisa di jual Rp50 ribu hingga Rp100ribu. cara budidayanya pun hampir sama. bedanya menjual indukan semut merah harus satu koloni dalam satu tempat. "kalau ada indukan diluar koloni, akan dibunuh,"pungkas dia.
Di kutip dari " Radar Blitar Edisi Rabu 3 oktober 2012.
Apakah bisa dibudidayakan? banyak yang menyangsikan semut merah ini bisa diternak untuk diambil kroto atau larvanya. tapi Setiya Husada, warga kelurahan/kecamatan wlingi, membuktikan itu bukanlah hal yang mustahil. dia sukses membudidaya telur rang-rang, yang dia sebut "emas putih" itu.
budidaya kroto sebenarnya cukup mudah. namun kemudahan itu juga sedikit bergantung pada faktor lucky atau keberuntungan. pasalnya, induk rangrang hanya bisa bertelur jika sudah merasa nyaman di suatu tempat. artinya, tidak semua tempat bisa membuat induknya nyaman lalu memproduksi kroto. "jadi rangrang itu seperti walet. dia hanya mau berproduksi kalau sudah merasa cocok dengan tempatnya," ungkap ungkap pria yang akrab disapa tiyok ini.
kenyamanan itu juga menentukan lama tidaknya waktu panen kroto di suatu tempat atau daerah. wajar jika waktu panen di Blitar berbeda dengan waktu panen di kota lain, seperti malang, surabaya, kudus, dll. Di Blitar, menurut dia, kroto baru bisa dipanen setiap25 hari. tapi dikota lain, bisa lebih cepat atau lebih lama. kendati demikian, jika faktor kenyamanan tempat itu sudah bisa dipenuhi, ternak kroto menjanjikan keuntungan finansial cukup lumayan. satu kilo kroto jika dikirim ke luar daerah, harganya bisa mencapai 175 ribu rupiah.
Kedua, kondisikan media seperti toples atau pipa paralon yang sudah disiapkan di atas rak sebelumnya, supaya rangrang mau pindah dan tinggal di tempat tersebut. Salah satunya, dengan memberi nutrisi khusus yang diteteskan didalam toples atau paralon. pemberian nutrisi tersebut diperlukan, sebab jika tanpa nutrisi, induk semut maupun kroto tidak akan bisa berkembang biak. "memang masih hidup, teteapi tidak bisa bertelur. sehingga siklus perkembangbiakannya akan berhenti," terang dia.
Ketiga, setelah indukan semut bermutasi ke toples, barulah dimulai pemeliharaan secara rutin. seperti pemberian makan yang paling cocok buat induk semut adalah jangkrik, kecoa, atau belalang. "bisa juga jenis ulat-ulatan seperti ulat hongkong, dll," lanjut dia.
Pemberian makan ini tidak mesti dilakukan dalam jumlah waktu tertentu dalam sehari. melainkan sesuai kebutuhan. jika makanan habis, bisa ditambahkan.
Harus diingat pula, dalam satu rak harus dibuat 2 kelompok fungsi toples. yaitu toples untuk indukan, dan toples untuk dipanen. hal itu karena indukan rangrang selalu hidup berkoloni atau berkelompok. dan tak mau hidup dengan koloni lain. selain itu, semut indukan tidak boleh diganggu gugat supaya regenerasi produksinya terus berjalan.
Nah, karena waktu panen setiap daerah berbeda-beda, di blitar kroto baru bisa dipanen dari indukan setelah 25 hari. waktu panen paling cepat, menurut tiyok, selama ini dipegang daerah kudus, jawa tengah, dimana cuma butuh waktu sekitar 14 hari. soal harga, satu kilogram kroto bisa mencapai Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. "pengepul biasanya menjual eceran sekitar Rp100 ribu," imbuh pria berkacamata ini.
jika kroto itu dikirim ke daerah lain, seperti bandung, surabaya dll, harganya beda lagi. ke bandung misalnya, harganya bisa mencapai Rp175 ribu per kilo. sementara harga ecerannya mencapai Rp225 ribu per kilo. cukup menjanjikan bukan? bukan hanya itu, selain kroto, indukan semut juga bisa dijual dengan harga yang juga menjanjikan. satu toples koloni indukan, bisa di jual Rp50 ribu hingga Rp100ribu. cara budidayanya pun hampir sama. bedanya menjual indukan semut merah harus satu koloni dalam satu tempat. "kalau ada indukan diluar koloni, akan dibunuh,"pungkas dia.
Di kutip dari " Radar Blitar Edisi Rabu 3 oktober 2012.
trus cara ngambinya kroto gmn?
BalasHapusalamatx d wlingi mana neh?boleh kesana ga?klo boleh bs beritahu no telp yg bs dhub?kirim k email saya ya pak.. wol_verinee@yahoo.com.trima kasih sebelumnya..bs beli indukan jg pak?
BalasHapus