Jalak Suren / Jalak Uren
(Sturnus contra)
Klasifikasi Ilmiah Burung Jalak :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Sturnidae
Marga : ¤ Sturnus Jalak Suren (Sturnus contra)
Jalak Putih (Sturnus melanopterus)
¤ Leucopsar Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
¤ Acridotheres Jalak Kerbau (Acridotheres javanicus)
Di
Jawa pada sekitar tahun 1980an masih banyak burung jalak suren di alam
bebas. Di sekitar kita burung ini sering berkeliaran secara bergerombol
mencari makan di lahan persawahan. Namun untuk masa sekarang sangat
jarang ditemukan spesies burung ini, habitat yang ada saat ini mungkin
tinggal di hutan atau di rawa-rawa. Semakin langkanya jalak suren justru
semakin memacu pecinta burung berkicau untuk mencari dan memilikinya.
Bagi pecinta burung berkicau jalak suren disukai karena mempunyai suara
kicau yang khas dan keras dengan nada nyaring / tinggi.
Semakin
langkanya burung jalak suren ditemukan di alam bebas menjadikan alasan
bahwa penangkaran burung ini penting dilakukan. Dipandang dari segi
kelestarian satwa maka penangkaran jalak suren akan berarti ikut menjaga
agar spesies burung ini tetap lestari tidak punah. Namun demikian ada
aspek penting lain yang mendorong orang untuk mengembangbiakkan burung
ini yaitu aspek ekonomi dimana penangkaran jalak suren menjanjikan
keuntungan yang cukup tinggi.
PENANGKARAN
A. INDUKAN
Syarat
utama dalam menangkarkan / mengembangbiakkan jalak suren tentu saja
adalah harus ada indukan. Untuk memperoleh indukan (jantan dan betina
dewasa yang sudah jodoh) dapat dilakukan dengan cara :
1) Membeli indukan.
Cara
ini adalah cara yang praktis dan cepat. Namun demikian untuk
mendapatkan indukan yang benar-benar bagus memerlukan biaya yang tinggi.
Saat ini harga 1 pasang indukan bagus berkisar 2 juta – 2,5 juta rupiah
. Indukan yang bagus adalah ”indukan yang menghasilkan keuntungan
tinggi”. Biasanya indukan ini adalah indukan muda yang sudah pernah
bertelur 2 sampai 5 kali dengan hasil yang bagus artinya telur yang
dihasilkan fertil dan menetas. Dari beberapa kali bertelur tersebut
dapat dinilai hal untuk dipertimbangkan :
- berapa biasanya telur yang dihasilkan untuk 1 kali masa pengeraman. Rata-rata jalak suren mengerami 3 telur, namun ada juga yang mengerami 2 telur dan 4 telur.
- berapa tingkat penetasan telur yang dierami tersebut. Banyak kejadian dalam 1 kali pengeraman telur hanya menetas sebagian saja atau bahkan tidak menetas semua. Telur yang tidak menetas bisa disebabkan karena memang infertil tidak dibuahi atau bisa juga disebabkan telur fertil tetapi dalam proses pengeraman terjadi gangguan sehingga embrio tidak berkembang, dan ini salah satu sebabnya adalah karena perilaku induknya dalam masa mengerami. Gangguan oleh induk bisa karena jantan dan betina sering berebut mengerami sehingga justru telur terbengkelai, atau bahkan ada perilaku dari indukan yang suka membuang telurnya tanpa sebab yang jelas.
- tentunya kondisi fisik indukan dan kesehatannya juga perlu dijadikan bahan pertimbangan
2) Membuat indukan dari anakan.
Cara
ini memerlukan waktu yang cukup lama. Jalak suren mulai produktif pada
umur sekitar 10 – 12 bulan. Keuntungan dari cara ini adalah indukan
burung benar-benar diketahui masih muda jadi masih mempunyai masa
bertelur yang panjang dan indukan jantan betina adalah pasangan yang
seimbang umurnya. Total biaya yang dikeluarkan juga lebih kecil, bila 2
ekor anakan burung harganya 500 ribu maka biaya pembesaran sampai umur
dewasa tidak sampai 500 ribu jadi total kurang dari 1 juta. Apakah mudah
membuat indukan jalak suren ? Jawabnya adalah mudah untuk membesarkan
sampai dewasa tetapi cukup sulit untuk menjodohkan. Hal ini karena
”dengan cara biasa sangat sulit atau bahkan tidak bisa membedakan jenis
kelamin jantan dan betina dari burung ini bila umurnya masih muda”.
Karenanya untuk membuat indukan dapat dilakukan dengan membesarkan jalak
suren anakan dalam jumlah banyak dan dipelihara dalam satu kandang
berukuran besar. Dalam kandang pembesaran tersebut pada saatnya akan
diseleksi jantan dan betina setelah ciri-ciri jenis kelaminnya tampak.
Ciri-ciri umum jalak suren jantan :
ukuran tubuh lebih besar dengan tubuh berbentuk lurus, lonjong dan
panjang (burung betina memiliki tubuh cenderung bulat dan pendek).
Kepalanya bulat dan besar dengan paruh tampak lebih kuat dan panjang.
Warna merah pada kulit sekitar mata tampak lebih menyala. Bulu-bulu
burung jantan memiliki warna hitam lebih legam dan mengkilat sedangkan
warna putihnya lebih bersih. Ekornya lebih panjang. Jari-jari kakinya
tampak lebih kokoh. Apakah ciri-ciri tersebut akurat untuk menentukan
jantan dan betina? Karena sifatnya komparasi atau perbandingan maka cara
ini sebaiknya tidak untuk diterapkan pada setiap kondisi. Mungkin
ciri-ciri tersebut bisa membantu kalau burung yang diseleksi mempunyai
keseraman umur, habitat, makanan dan lainnya seperti dalam kandang
pembesaran. Sebagai contoh adalah walaupun sama-sama berkelamin jantan,
warna merah disekitar mata akan lebih menyala pada burung dengan umur
lebih dewasa, habitat / kandangnya cukup terkena panas matahari
langsung, makanan tercukupi dan mempunyai nutrisi tinggi.
Ciri-ciri khusus jalak suren jantan :
ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan jenis kelamin jalak suren
yang paling akurat dan dapat dilakukan dengan relatif mudah adalah
”jalak suren jantan mempunyai warna kebiruan didaerah sekitar kloaka
sedangkan jalak suren betina tidak”. Namun ciri-ciri ini hanya bisa
diamati bila burung sudah berusia dewasa kurang lebih 10 bulan. Warna
kebiruan mula-mula tidak terlalu jelas dan akan menjadi jelas seiring
bertambahnya umur burung.
Bila
sudah dapat dibedakan jenis kelaminnya maka jalak suren dapat
dipindahkan dari kandang pembesaran ke kandang penangkaran. Caranya
adalah dengan memasukkan 1 jantan dan 1 betina dalam kandang penangkaran
atau dengan kata lain dipaksa untuk berjodoh. Apabila jalak suren
menunjukkan sikap saling menyerang maka dapat dilakukan salah satu
burung dimasukkan kandang kecil dan digantungkan dekat dengan kandang
penangkaran. Selain itu bisa menggunakan kandang khusus untuk
menjodohkan yaitu kandang berbentuk memanjang dengan tengahnya diberi
penyekat tembus pandang dengan pintu penghubung yang bisa dibuka tutup,
burung jantan dan betina masing-masing dimasukkan pada ruang kanan dan
kiri.
Indukan jalak suren :
burung jantan dan betina jodoh dan siap berkembang biak dicirikan
dengan kicauan saling bersahutan dengan bulu-bulu kepala tegak dan
gerakan khas.
B. KANDANG
Kandang penagkaran
Kandang
penangkaran yang paling ideal adalah yang paling mirip dengan kondisi
habitat alaminya di alam bebas. Ukurannya luas dan terdapat pohon-pohon
di dalamnya. Namun demikian kandang seperti tersebut di depan bukanlah
pilihan terbaik bila penangkaran jalak suren diorientasikan untuk
diambil keuntungan rupiahnya karena tidak efisien ruang dan tingkat
kesulitan perawatan lebih tinggi. Kandang penangkaran sederhana tetapi
layak dan tetap mampu memberi hasil yang baik dapat dibuat dengan ukuran
1m x 1m x 2m (P x L x T).
Di
dalam kandang disediakan tempat hinggap 1 atau 2 buah. Sebaiknya tempat
hinggap diletakkan agak dipinggir agar tidak menggangu aktifitas
terbang burung di dalam kandang tetapi juga tidak terlalu dekat dengan
dinding agar bulu ekor tidak rusak karena bergesekan dengan dinding.
Tempat hinggap dapat dibuat dari bambu ataupun kayu memanjang. Perlu
juga disediakan kotak untuk bersarang dan bertelur dapat berbentuk
persegi panjang 40cm x 25cm x 25cm (P x L x T). Bagian atas dan depan
kotak tidak perlu ditutup, dibagian depan perlu disisakan papan untuk
hinggap dan sekaligus tempat perkawinan jalak suren. Kotak sarang
diletakkan di bagian dalam kandang sebelah atas dengan arah pintu kotak
tidak menghadap ke arah muka kandang penangkaran agar jalak suran yang
sedang mengerami telur tidak mudah terganggu oleh aktifitas manusia di
sekitar kandang.
Tempat
makan dapat ditaruh didepan agar mudah dijangkau. Makanan jalak suren
lazimnya adalah voer / poer burung dengan makanan tambahan pisang,
cacing atau jangkrik. Tempat minum sebaiknya mempunyai ukuran cukup
besar bila sekaligus difungsikan sebagai tempat mandi, jalak suren
mempunyai kebiasaan suka mandi. Media sarang berupa daun cemara kering
dapat diberikan dilantai kandang secukupnya sekedar untuk pancingan.
Bila terlihat jalak suren mulai membawa media sarang tersebut ke dalam
kotak sarang barulah daun cemara kering tersebut diberikan lebih banyak
agar cukup bagi jalak suren untuk membuat sarang didalam kotak.
Kandang penangkaran : mempersiapkan
kandang penangkaran. Dalam gambar tampak model berukuran 1m x 1m x 2m
(P x L x T). Bahan dinding kandang dapat berupa papan, eternit / asbes,
anyaman bambu atau dengan bahan dinding permanen berupa batu bata /
batako.
Kandang pembesaran
Kandang ini hanya diperlukan bila akan membuat indukan dari jalak suren anakan yang banyak (ombyokan). Prinsipnya mirip dengan kandang penangkaran hanya saja berukuran lebih besar dan tidak perlu diberi kotak sarang.
Kandang pembesaran : ukurannya
bebas asal cukup luas bagi jalak suren yang ada di dalamnya. Bila
beruntung pada saat umur dewasa dapat didapatkan indukan-indukan sudah
berjodoh sendiri dimana menunjukkan tanda-tanda jalak suren berpasangan.
Burung yang sudah bejodoh dalam kandang pembesaran dapat diambil dengan
terlebih dahulu diberi tanda misalnya ditembak dengan sprayer air
dengan pewarna teres / sumba makanan.
B. MULAI PRODUKTIF
Indukan
jalak suren yang sudah menunjukkan tanda-tanda jodoh / berpasangan
ditempatkan dalam kandang penangkaran dengan perlakuan yang agak khusus
terutama kebutuhan nutrisi makanan harus tercukupi. Dapat dilakukan
dengan memberi makanan tambahan lebih intensif berupa jangkrik atau
cacing karena mempunyai kandungan protein tinggi. Setelah melalui proses
perkawinan dan membuat sarang pasangan jalak suren akan bertelur dan
mengerami. Satu pasang jalak suren pada umumnya bertelur 3 butir. Namun
ada juga yang bertelur 2 atau 4 butir. Walaupun biasanya jumlah telur
akan mempunyai kecenderungan tetap untuk satu pasangan jalak suren,
namun ada kalanya dapat berubah karena faktor makanan, umur atau sebab
lainnya. Jalak suren yang cenderung bertelur 4 butir tentu saja sangat
istimewa dan sangat diharapkan apalagi bila dalam proses selanjutnya
telur-telur tersebut menunjukkan fertil dan induknya mampu mengerami
dengan baik sehingga menetas semua.
Telur burung jalak suren : berwarna hijau, bandingkan ukurannya dengan telur ayam kampung dan telur bebek
Telur
jalak suren yang dierami induknya akan menetas setelah 14 hari.
Misalnya jalak suren bertelur pertama tanggal 1 maka akan menetas pada
tanggal 15. Setelah 7 – 10 hari dari telur menetas indukan akan bertelur
lagi, jadi rentang waktu jalak suren bertelur ke waktu bertelur
selanjutnya kurang dari 25 hari. Dengan kata lain kurang dari 1 bulan
indukan akan menetaskan telur berikutnya.
Anak
jalak suren yang baru menetas sebaiknya segera diambil beserta telur
yang masih belum menetas. Anak burung dipindahkan ke dalam box
penghangat. Pemberian makan pertama dapat dilakukan setelah 3 – 5 jam
dari saat telur menetas. Makanan berupa kroto (telur semut
pohon/ngangrang) yang dibasahi dengan air hangat, bisa juga diberi
cacing yang terlebih dahulu dipotong-potong.
Sedangkan
telur yang belum menetas dimasukkan ke dalam alat penetas telur. Telur
yang akan menetas bila diamati sudah terdapat retakan-retakan kecil pada
kulitnya. Kalau dihadapkan pada matahari atau lampu telur sama sekali
gelap tidak tembus pandang. Telur yang tampak terang berarti telur
infertil dan tidak akan menetas. Alat tetas walaupun sederhana tetapi
sebaiknya menggunakan alat pengatur kestabilan temperatur yang biasa
disebut termostat. Temperatur untuk menetaskan telur jalak suren
berdasar pengalaman mempunyai hasil baik pada suhu 37° Celcius. Suhu
36,5°C sampai dengan 38°C merupakan suhu yang optimal. Kelembaban udara
dalam alat penetas perlu dijaga agar cukup tinggi yaitu kelembaban >
50 %, dengan kelembaban tinggi akan menjadikan kulit telur remah tidak
kering liat dan keras sehingga embrio lebih mudah memecahkan cangkang
telur. Dapat dengan cara menyemprotkan air hangat menggunakan sprayer
yang diset kabut / butir air sangat halus, atau bisa pula dengan
meletakkan cawan di dalam alat penetas yang diisi air hangat.
Telur menetas di dalam alat tetas : telur
jalak suren menetas setelah dierami 14 hari oleh induknya. Telur yang
sudah siap menetas dapat pula diambil untuk ditetaskan dalam alat
penetas.
Anak jalak suren (piyik)
yang sudah menetas diambil dan dipindahkan ke dalam box penghangat
dijadikan satu dengan anakan lainnya yang seusia, agar mudah dalam
parawatan dan pemberian makan. Piyik umur 0 – 3 hari dapat diberi makan
kroto yang dibasahi air hangat. Umur 4 – 6 hari diberi kroto yang
dicampur dengan air voer /poer. Umur 7 hari sudah dapat diberi makan
voer yang basah dan dihaluskan. Umur 14 hari anakan dapat dikeluarkan
dari box penghangat. Sampai umur kira-kira 1,5 bulan anakan disuapi voer
basah, dan sedikit-sedikit akan mulai berlatih makan sendiri. Pada umur
2 bulan anakan jalak suren sudah bisa makan sendiri voer kering. Pada
umur 2 – 3 bulan anakan dapat dipindahkan ke kandang pembesaran bila
dimaksudkan untuk dijadikan indukan atau akan dijual pada usia dewasa.
Catatan kecil :
§ * Harga piyik pecah telur saat ini 150rb / ekor
§ * Harga anakan umur 3 bulan sekitar 250rb – 300rb / ekor
§ * Harga jalak uren dewasa siap dijodohkan 500rb / ekor
§ * Harga indukan yang sudah jodoh tetapi belum bertelur 1 – 1,5 juta
§ * Harga indukan muda dengan sejarah bertelur yang baik diatas 2 juta / pasang
Bila ada yang menjual indukan dengan harga murah misalnya 1,3 juta kemungkinannya adalah :
- Umur
antara jantan dan betina indukan tersebut terpaut jauh, sehingga
nantinya akan mengurangi masa produktifnya karena salah satu induk sudah
terlalu tua lebih dahulu. Tanda yang sangat sederhana untuk menaksir
usia jalak suren dapat dilihat pada kaki bawah yang tidak ditumbuhi
bulu. Kaki jalak suren muda masih berukuran relatif kecil dengan
penampang relatif bulat. Semakin tua umurnya akan tumbuh semacam sisik
atau kulit keras pada kaki ini. Sisik kaki yang semakin tebal dengan
sudut semakin tajam (nglingir) dapat diperkirakan bahwa umurnya semakin tua.
- Indukan
mempunyai sejarah bertelur yang kurang baik : sebagian telur atau
seluruhnya sering tidak menetas karena infertil atau sebab lain, induk
mempunyai kebiasaan mematuk dan membuang telur pada masa-masa mengerami.
- Indukan kondisinya tidak sehat
- Dan kemungkinan yang lain adalah : ANDA MEMANG BERUNTUNG !
SELAMAT MENCOBA
Wilayah blitar dmn ya peternak jalal suren
BalasHapus